Rabu, 06 Mei 2009

Buku Digital Bentuk Cetak Kurang Dikenal

Jakarta - Minimnya sosialisasi soal buku digital versi cetak untuk tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK menyebabkan siswa masih menanggung biaya pembelian buku yang mahal. Padahal, sejak akhir 2008, buku teks pelajaran digital sudah dicetak sejumlah percetakan.

”Kalau ada buku pelajaran yang murah, sangat membantu siswa. Untuk satu tahun, biaya buku paket pelajaran bisa Rp 500.000-Rp 600.000. Soalnya, ada juga buku-buku pelajaran yang harus ganti tiap semester,” kata seorang siswa kelas X SMAN 42 Jakarta, Rabu (6/5).

Sejumlah siswa SMA lainnya di Jakarta, Bandung, dan Surabaya menyatakan hal senada. Mereka masih kurang mengenal keberadaan buku digital atau buku sekolah elektronik.

Guru-guru pun dalam mengajar belum menggunakan buku digital, melainkan buku cetak biasa. Harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan buku digital yang hak ciptanya sudah dibeli pemerintah.

Memang terlambat

Ketua Pusat Buku Indonesia Firdaus Oemar mengatakan, menjelang tahun ajaran baru, seharusnya sosialisasi mengenai buku digital versi cetak yang harganya relatif murah harus gencar dilakukan sekolah. Namun, kenyataannya, sebagian besar sekolah hingga saat ini belum melakukannya. ”Pemasaran buku digital versi cetak akhir tahun lalu memang terlambat. Sekolah sudah membeli buku cetak biasa,” katanya.

Hingga saat ini sudah 270 judul buku dari 407 buku pelajaran yang hak ciptanya dibeli pemerintah dan diunggah ke internet yang sudah ada versi cetaknya. Buku teks pelajaran digital itu banyak dicetak di Pulau Jawa seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Bogor.

Adapun untuk buku pelajaran digital versi cetak untuk jenjang SMK baru pada tahun ini akan dicetak. Buku-buku pelajaran digital versi cetak itu kemudian dikirim ke Pusat Buku Indonesia di Jakarta.

Firdaus menjelaskan, buku digital versi cetak memang masih sulit ditemukan di toko-toko buku karena sudah ada harga eceran tertinggi (HET) yang ditentukan oleh pemerintah untuk setiap buku. Untuk penjualan buku tersebut diperkirakan keuntungan yang bisa diperoleh percetakan hanya 15 persen.

”Untuk di Pulau Jawa dan kota-kota di Indonesia bagian barat yang masih dekat dengan ibu kota, keuntungannya masih bisa dirasakan. Sebaliknya, untuk di daerah yang sulit terjangkau, seperti di kawasan Indonesia timur, toko buku tidak berani memasarkan karena ongkosnya mahal,” kata Firdaus.

Karena itu, harus ada subsidi ongkos kirim dari pemerintah pusat atau daerah bagi permintaan di daerah terpencil.

Pemesanan buku pelajaran digital versi cetak tidak dikenai ongkos kirim jika menghubungi langsung Pusat Buku Indonesia dengan nomor telepon 021- 45858963, nomor faksimile 021- 45858965, atau e-mail pusatbukuindo@yahoo.co.id. Hingga saat ini, sekitar dua juta buku digital versi cetak sudah didistribusikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar